Rabu, 08 Januari 2014

Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Menyenangkan


Pendahuluan
Beberapa isi dari Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP) SD adalah: 1) menunjukkan kecintaan dan kepedulian terhadap lingkungan, 2) menunjukkan kebiasaan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang, 3) berkomunikasi secara jelas dan santun, 4) menunjukkan kegemaran membaca dan menulis, dan 5) menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan  berhitung. Untuk mencapai SKL-SP di atas perlu dikembangkan secara optimal pembelajaran melalui berbagai mata pelajaran, termasuk melalui mata pelajaran bahasa Indonesia.
SKL-SP di atas sejalan dengan alasan diberikannya mata pelajaran bahasa Indonesia di SD. Bahwa mata pelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.
Pembelajaran bahasa Indonesia di SD merupakan bagian integral dan penting dari proses pembelajaran di SD secara keseluruhan. Penekanan baca-tulis melalui pembelajaran bahasa Indonesia menjadikan kedua mata pelajaran di atas memiliki kedudukan dan peran yang strategis. Oleh karena itu, guru perlu mengelola pembelajaran di atas secara optimal. Diharapkan, pembelajaran yang dikelola guru dapat membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa sehingga mereka dapat belajar dengan baik dan mencapai hasil belajar yang optimal.
Berdasarkan pengamatan penulis selama ini, pembelajaran pada mata pelajaran bahasa Indonesia telah dengan cukup baik dikelola oleh guru-guru di SD. Namun demikian, pembelajaran pada mata pelajaran itu belum juga menjadi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi kebanyakan siswa SD. Pembelajaran bahasa Indonesia banyak mengalami tantangan manakala masih banyak siswa yang belum dapat membaca dengan baik dan lancar pada berbagai tingkatan kelas di SD.
Tulisan ini mengemukakan berbagai pengalaman dan gagasan penulis mengenai berbagai upaya yang dapat dilakukan guru SD untuk mengembangkan pembelajaran bahasa Indonesia yang menarik dan menyenangkan. Upaya ini dapat dilakukan melalui aspek media pembelajaran.
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
Pembelajaran bahasa Indonesia di SD diharapkan dapat membantu siswa mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain. Di samping itu, pembelajaran bahasa Indonesia  juga diharapkan dapat membantu siswa mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa Indonesia, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.
Standar isi mata pelajaran bahasa Indonesia menggariskan bahwa diberikannya mata pelajaran matematika, termasuk di SD,  bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut.
  1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis
  2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara
  3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan
  4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan  intelektual serta kematangan emosional dan sosial
  5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa
  6. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Untuk mencapai tujuan diberikannya mata pelajaran bahasa Indonesia di atas, guru perlu mengupayakan agar pembelajaran bahasa Indonesia di SD dapat menjadi pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa. Dengan demikian, diharapkan pencapaian tujuan-tujuan di atas dapat lebih optimal dan bermakna bagi siswa.
Guru perlu mengembangkan berbagai variasi dalam pembelajaran. Bukan saja variasi dalam penggunaan metode pembelajaran misalnya, namun guru juga dapat  mengembangkan variasi dalam penggunaan sumber belajar dan praktik berbahasa dalam pembelajaran. Yarni (2007) pernah mengatakan  bahwa pembelajaran bahasa Indonesia dianggap gagal karena lebih mementingkan teori kebahasaan dan kesastraan daripada praktik berbahasa, evaluasi mementingkan aspek kognitif, strategi pembelajaran cenderung monoton, serta bahan pembelajaran cenderung seragam dan bersumber pada satu buku teks.
Pembelajaran bahasa Indonesia juga belum banyak memanfaatkan lingkungan, baik lingkungan di dalam maupun di luar kelas. Padahal, lingkungan dapat dijadikan sebagai sumber belajar sehingga siswa dapat aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan kata lain, lingkungan belajar siswa dapat dijadikan sebagai sumber belajar yang variatif, inovatif, dan menarik bagi siswa.
Penggunaan Kemasan Bekas dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah melalui penggunaan atau pemanfaatan berbagai sumber belajar. Salah satu sumber belajar yang murah, mudah memperolehnya, praktis penggunaannya, namun banyak manfaatnya adalah kemasan bekas. Di samping itu, kemasan bekas ini juga dapar diperoleh dari lingkungan sekitar siswa. Dengan menggunakan kemasan bekas sebagai sumber belajar, artinya guru juga menggunakan lingkungan sebagai belajar.
Kemasan bekas dapat berupa kemasan bekas bermerek yang berasal dari produk makanan, minuman, obat-obatan, pasta gigi, dan lain-lain. Kemasan bekas ini dapat berbahan dasar kertas, plastik, logam, atau sejenisnya.
Penggunaan kemasan bekas dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SD dapat dimulai dari kelas I s.d. kelas VI. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan siswa atau pembelajaran bahasa Indonesia pada umumnya. Sebagai contoh, berikut dikemukakan beberapa KD dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di SD yang dapat menggunakan kemasan bekas sebagai sumber belajarnya.
Kelas I:
3.1 Membaca nyaring suku kata dan kata dengan lafal yang tepat
3.2 Membaca nyaring kalimat  sederhana dengan lafal dan intonasi yang tepat
4.1 Menjiplak berbagai bentuk gambar, lingkaran, dan bentuk huruf
6.2 Melakukan percakapan  sederhana dengan menggunakan kalimat dan kosakata yang sudah dikuasai
6.3 Menyampaikan rasa suka atau tidak suka  tentang suatu hal atau kegiatan dengan alasan sederhana
Kelas II:
2.1 Bertanya kepada orang lain dengan menggunakan  pilihan kata yang tepat dan santun berbahasa
2.2 Menceritakan kegiatan sehari-hari  dengan bahasa yang  mudah dipahami orang lain
5.1 Menyampaikan pesan pendek yang didengarnya kepada orang lain
Kelas III:
2.1 Menceritakan pengalaman yang mengesankan dengan menggunakan kalimat yang runtut  dan mudah dipahami
2.2 Menjelaskan urutan membuat atau melakukan sesuatu dengan kalimat yang runtut dan mudah dipahami
2.3 Memberikan tanggapan dan saran sederhana terhadap suatu masalah dengan menggunakan kalimat yang runtut dan pilihan kata yang tepat
4.1 Menyusun paragraf berdasarkan  bahan   yang tersedia dengan memperhatikan penggunaan ejaan
5.1 Memberikan tanggapan sederhana tentang cerita pengalaman teman yang didengarnya
6.2 Menceritakan peristiwa  yang pernah dialami, dilihat, atau didengar
Kelas IV:
2.2 Menjelaskan petunjuk penggunaan  suatu alat dengan bahasa yang baik dan benar
3.2  Melakukan sesuatu berdasarkan petunjuk pemakaian yang dibaca
4.2 Menulis petunjuk untuk melakukan sesuatu atau penjelasan tentang cara membuat sesuatu
8.1 Menyusun  karangan tentang berbagai topik sederhana dengan memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma, dll.)
Kelas V:
2.2 Menceritakan   hasil pengamatan/kunjungan  dengan bahasa runtut, baik, dan benar
4.1 Menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan  pilihan kata dan penggunaan ejaan
7.1 Membandingkan isi  dua teks yang dibaca dengan membaca sekilas
8.2 Menulis laporan pengamatan atau kunjungan berdasarkan tahapan (catatan, konsep awal, perbaikan, final) dengan memperhatikan penggunaan ejaan
Kelas VI:
1.1 Menulis hal-hal penting/pokok dari suatu teks yang dibacakan
2.1 Menyampaikan  pesan/informasi yang diperoleh dari berbagai media  dengan bahasa yang runtut, baik dan benar
2.2 Menanggapi (mengkritik/memuji)  sesuatu hal disertai alasan dengan menggunakan bahasa yang santun
7.1 Menemukan makna tersirat suatu teks melalui membaca intensif
Kemasan bekas misalnya kemasan pasta gigi, dapat dijadikan sumber belajar dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Guru dapat menggunakan kemasan bekas sebagai media pembelajaran bahasa Indonesia, misalnya pembelajaran bahasa Indonesia di kelas I SD pada KD “ Membaca nyaring suku kata dan kata dengan lafal yang tepat”. Kemasan itu juga bisa digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di tingkatan kelas lainnya, baik untuk aspek mendengarkan, berbicara, membaca, maupun menulis.
Contoh lain misalnya kemasan bekas mi instan. Guru dapat menggunakan kemasan bekas ini untuk pembelajaran bahasa Indonesia di kelas I SD, misalnya mengenai penyampaian rasa suka atau tidak suka tentang suatu hal, di kelas II SD misalnya mengenai penyampaian pesan pendek yang didengar siswa (melalui televisi) kepada orang lain, di kelas IV dan V SD misalnya mengenai penyusunan karangan, dan di kelas VI SD misalnya mengenai penyampaian pesan/informasi yang diperoleh dari berbagai media. pada kemasan bekas itu juga terdapat teks mengenai komposisi mi dan informasi mengenai nilai gizi yang terkandung dalam mi instan ini.
Guru dapat menggunakan informasi pada kemasan bekas pasta gigi, makanan, minuman, dsb. misalnya untuk pembelajaran bahasa Indonesia di kelas III SD misalnya mengenai penyusunan paragraph berdasarkan bahan yang tersedia, di kelas IV dan V SD misalnya mengenai penulisan karangan, dan di kelas VI SD misalnya mengenai pemberian tanggapan tentang suatu hal.
Melalui kemasan atau gambar kamasan bekas, guru dapat mengelola pembelajaran bahasa Indonesia di SD, di kelas I SD misalnya mengenai percakapan sederhana dengan menggunakan kalimat dan kosa kata yang sudah dikuasai, di kelas II SD misalnya mengenai bertanya kepada orang lain, di kelas III SD misalnya mengenai penjelasan urutan membuat atau melakukan sesuatu, di kelas IV SD misalnya melakukan sesuatu berdasarkan petunjuk pemakaian yang dibaca, di kelas V SD misalnya mengenai penulisan laporan pengamatan berdasarkan tahapan, dan di kelas VI SD misalnya mengenai penyampaian tanggapan (kritik/pujian) tentang suatu hal disertai alasan dengan menggunakan bahasa yang santun.
Pengalaman penulis (Marmiyanah, 2008) dalam menggunakan kemasan bekas untuk menunjang pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah menunjukkan bahwa penggunaan kemasan bekas sebagai media pembelajaran telah dapat meningkatkan minat dan aktivitas belajar siswa. Di samping itu, pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan kemasan bekas ini juga telah turut menanamkan budaya cinta lingkungan dalam diri siswa.
Penutup
Banyak upaya yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan pembelajaran bahasa Indonesia di SD sehingga pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan bagi siswa. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, guru dapat menggunakan kemasan bekas produk makanan, minuman, dsb. sebagai sumber belajar atau media pembelajaran.
Untuk mengembangkan lebih lanjut pembelajaran bahasa Indonesia yang menarik dan menyenangkan di SD, guru perlu merancang perencanaan proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Perencanaan proses pembelajaran pada mata pelajaran bahasa Indonesia, atau juga pada mata pelajaran lainnya, dapat menggunakan berbagai jenis kemasan bekas dari berbagai jenis produk atau merek yang ada dan dekat dengan kehidupan siswa.
Daftar Pustaka
Marmiyanah. 2008. Penerapan Model Cilimankemas sebaai Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia Terpadu Siswa Kelas XI IPA 1 SAM Negeri 3 Unggulan Kayuagung. Karya Tulis Ilmiah  Diajukan untuk Mengikuti  Pemilihan Guru Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2008 (tidak diterbitkan).
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Yarni, Gusti. 2007. “Kajian Materi Bahasa Indonesia PGSD”. Bahan Ajar Diklat PAKEM. Jakarta: P4TK Bahasa.
*)    Disampaikan dalam Seminar Pendidikan KKG SD Gugus III Kecamatan Indralaya Tahun 2010, yang dilaksanakan pada tanggal 1 Desember 2010 di SD Negeri 03 Indralaya.

Kamis, 09 Mei 2013

Konsep Pengembangan Bahan Ajar



1.      Apa bahan ajar (materi pembelajaran) itu?
Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai.
2. Apa prinsip-prinsip dalam memilih bahan ajar?
Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi: (a) prinsip relevansi, (b) konsistensi, dan (c) kecukupan. Prinsip relevansi artinya materi pembelajaran hendaknya relevan memiliki keterkaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Prinsip konsistensi artinya adanya keajegan antara bahan ajar dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Misalnya, kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.
3. Bagaimana langkah-langkah dalam memilih bahan ajar?
Materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru dan harus dipelajari siswa hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi : (a) mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar, (b) mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar, (c) memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi tadi., dan (d) memilih sumber bahan ajar. Secara lengkap, langkah-langkah pemilihan bahan ajar dapat dijelaskan sebagai berikut:
  • Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebelum menentukan materi pembelajaran terlebih dahulu perlu diidentifikasi aspek-aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dipelajari atau dikuasai siswa. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Sejalan dengan berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Materi pembelajaran aspek kognitif secara terperinci dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu: fakta, konsep, prinsip dan prosedur (Reigeluth, 1987). Materi jenis fakta adalah materi berupa nama-nama objek, nama tempat, nama orang, lambang, peristiwa sejarah, nama bagian atau komponen suatu benda, dan lain sebagainya. Materi konsep berupa pengertian, definisi, hakekat, inti isi. Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus, postulat adagium, paradigma, teorema.Materi jenis prosedur berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut, misalnya langkah-langkah menelpon, cara-cara pembuatan telur asin atau cara-cara pembuatan bel listrik.Materi pembelajaran aspek afektif meliputi: pemberian respon, penerimaan (apresisasi), internalisasi, dan penilaian. Materi pembelajaran aspek motorik terdiri dari gerakan awal, semi rutin, dan rutin.
  • Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Materi yang akan diajarkan perlu diidentifikasi apakah termasuk jenis fakta, konsep, prinsip, prosedur, afektif, atau gabungan lebih daripada satu jenis materi. Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan diajarkan, maka guru akan mendapatkan kemudahan dalam cara mengajarkannya. Setelah jenis materi pembelajaran teridentifikasi, langkah berikutnya adalah memilih jenis materi tersebut yang sesuai dengan standar kompetensi atau kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Identifikasi jenis materi pembelajaran juga penting untuk keperluan mengajarkannya. Sebab, setiap jenis materi pembelajaran memerlukan strategi pembelajaran atau metode, media, dan sistem evaluasi/penilaian yang berbeda-beda. Misalnya, metode mengajarkan materi fakta atau hafalan adalah dengan menggunakan “jembatan keledai”, “jembatan ingatan” (mnemonics), sedangkan metode untuk mengajarkan prosedur adalah “demonstrasi”.
  • Memilih sumber bahan ajar.Setelah jenias materi ditentukan langkah berikutnya adalah menentukan sumber bahan ajar. Materi pembelajaran atau bahan ajar dapat kita temukan dari berbagai sumber seperti buku pelajaran, majalah, jurnal, koran, internet, media audiovisual, dsb.
3. Bagaimana menentukan cakupan dan urutan bahan ajar?
a. Menentukan cakupan bahan ajar
Dalam menentukan cakupan atau ruang lingkup materi pembelajaran harus diperhatikan apakah jenis materinya berupa aspek kognitif (fakta, konsep, prinsip, prosedur) aspek afektif, ataukah aspek psikomotorik. Selain itu, perlu diperhatikan pula prinsip-prinsip yang perlu digunakan dalam menentukan cakupan materi pembelajaran yang menyangkut keluasan dan kedalaman materinya. Keluasan cakupan materi berarti menggambarkan berapa banyak materi-materi yang dimasukkan ke dalam suatu materi pembelajaran, sedangkan kedalaman materi menyangkut seberapa detail konsep-konsep yang terkandung di dalamnya harus dipelajari/dikuasai oleh siswa. Prinsip berikutnya adalah prinsip kecukupan (adequacy). Kecukupan (adequacy) atau memadainya cakupan materi juga perlu diperhatikan dalam pengertian. Cukup tidaknya aspek materi dari suatu materi pembelajaran akan sangat membantu tercapainya penguasaan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Cakupan atau ruang lingkup materi perlu ditentukan untuk mengetahui apakah materi yang harus dipelajari oleh murid terlalu banyak, terlalu sedikit, atau telah memadai sehingga sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai.
b. Menentukan urutan bahan ajar
Urutan penyajian (sequencing) bahan ajar sangat penting untuk menentukan urutan mempelajari atau mengajarkannya. Tanpa urutan yang tepat, jika di antara beberapa materi pembelajaran mempunyai hubungan yang bersifat prasyarat (prerequisite) akan menyulitkan siswa dalam mempelajarinya. Misalnya materi operasi bilangan penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Siswa akan mengalami kesulitan mempelajari perkalian jika materi penjumlahan belum dipelajari. Siswa akan mengalami kesulitan membagi jika materi pengurangan belum dipelajari. Materi pembelajaran yang sudah ditentukan ruang lingkup serta kedalamannya dapat diurutkan melalui dua pendekatan pokok , yaitu: pendekatan prosedural, dan hierarkis. Pendekatan prosedural yaitu urutan materi pembelajaran secara prosedural menggambarkan langkah-langkah secara urut sesuai dengan langkah-langkah melaksanakan suatu tugas. Misalnya langkah-langkah menelpon, langkah-langkah mengoperasikan peralatan kamera video. Sedangkan pendekatan hierarkis menggambarkan urutan yang bersifat berjenjang dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah. Materi sebelumnya harus dipelajari dahulu sebagai prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya.
4.Apa yang dimaksud dengan sumber bahan ajar?
Sumber bahan ajar merupakan tempat di mana bahan ajar dapat diperoleh. Dalam mencari sumber bahan ajar, siswa dapat dilibatkan untuk mencarinya, sesuai dengan prinsip pembelajaran siswa aktif (CBSA). Berbagai sumber dapat kita gunakan untuk mendapatkan materi pembelajaran dari setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sumber-sumber dimaksud dapat disebutkan di bawah ini: (a) buku teks yang diterbitkan oleh berbagai penerbit. Gunakan sebanyak mungkin buku teks agar dapat diperoleh wawasan yang luas, (b) laporan hasil penelitian yang diterbitkan oleh lembaga penelitian atau oleh para peneliti sangat berguna untuk mendapatkan sumber bahan ajar yang atual atau mutakhir, (c) Jurnal penerbitan hasil penelitian dan pemikiran ilmiah. Jurnal-jurnal tersebut berisikan berbagai hasil penelitian dan pendapat dari para ahli di bidangnya masing-masing yang telah dikaji kebenarannya, (d) Pakar atau ahli bidang studi penting digunakan sebagai sumber bahan ajar yang dapat dimintai konsultasi mengenai kebenaran materi atau bahan ajar, ruang lingkup, kedalaman, urutan, dsb., (e) Profesional yaitu orang-orang yang bekerja pada bidang tertentu. Kalangan perbankan misalnya tentu ahli di bidang ekonomi dan keuangan, (f) Buku kurikulum penting untuk digunakan sebagai sumber bahan ajar. Karena berdasar kurikulum itulah standar kompetensi, kompetensi dasar dan materi bahan dapat ditemukan. Hanya saja materi yang tercantum dalam kurikulum hanya berisikan pokok-pokok materi, (g) Penerbitan berkala seperti harian, mingguan, dan bulananyang banyak berisikan informasi yang berkenaan dengan bahan ajar suatu matapelajaran, (h) Internet yang yang banyak ditemui segala macam sumber bahan ajar. Bahkan satuan pelajaran harian untuk berbagai matapelajaran dapat kita peroleh melalui internet. Bahan tersebut dapat dicetak atau dikopi, (i) Berbagai jenis media audiovisual berisikan pula bahan ajar untuk berbagai jenis mata pelajaran. Kita dapat mempelajari gunung berapi, kehidupan di laut, di hutan belantara melalui siaran televisi, dan (j) lingkungan ( alam, sosial, senibudaya, teknik, industri, ekonomi). Perlu diingat, dalam menyusun rencana pembelajaran berbasis kompetensi, buku-buku atau terbitan tersebut hanya merupakan bahan rujukan. Artinya, tidaklah tepat jika hanya menggantungkan pada buku teks sebagai satu-satunya sumber bahan ajar. Tidak tepat pula tindakan mengganti buku pelajaran pada setiap pergantian semester atau pergantian tahun. Buku-buku pelajaran atau buku teks yang ada perlu dipelajari untuk dipilih dan digunakan sebagai sumber yang relevan dengan materi yang telah dipilih untuk diajarkan. Mengajar bukanlah menyelesaikan satu buku, tetapi membantu siswa mencapai kompetensi. Karena itu, hendaknya guru menggunakan banyak sumber materi. Bagi guru, sumber utama untuk mendapatkan materi pembelajaran adalah buku teks dan buku penunjang yang lain.
5. Bagaimana strategi dalam memanfaatkan bahan ajar?
Secara garis besarnya, dalam memanfaatkan bahan ajar terdapat i dua strategi, yaitu: (a) Strategi penyampaian bahan ajar oleh Guru dan (b) Strategi mempelajari bahan ajar oleh siswa
a. Strategi penyampaian bahan ajar oleh guru
Strategi penyampaian bahan ajar oleh guru, diantaranya: (1) Strategi urutan penyampaian simultan; (2)Strategi urutan penyampaian suksesif; (3) Strategi penyampaian fakta; (4) Strategi penyampaian konsep; (5) Strategi penyampaian materi pembelajaran prinsip; dan (6) Strategi penyampaian prosedur.
  1. Strategi urutan penyampaian simultan yaitu jika guru harus menyampaikan materi pembelajaran lebih daripada satu, maka menurut strategi urutan penyampaian simultan, materi secara keseluruhan disajikan secara serentak, baru kemudian diperdalam satu demi satu (Metode global);
  2. Strategi urutan penyampaian suksesif, jika guru harus manyampaikan materi pembelajaran lebih daripada satu, maka menurut strategi urutan panyampaian suksesif, sebuah materi satu demi satu disajikan secara mendalam baru kemudian secara berurutan menyajikan materi berikutnya secara mendalam pula.
  3. Strategi penyampaian fakta, jika guru harus manyajikan materi pembelajaran termasuk jenis fakta (nama-nama benda, nama tempat, peristiwa sejarah, nama orang, nama lambang atau simbol, dsb.),
  4. Strategi penyampaian konsep, materi pembelajaran jenis konsep adalah materi berupa definisi atau pengertian. Tujuan mempelajari konsep adalah agar siswa paham, dapat menunjukkan ciri-ciri, unsur, membedakan, membandingkan, menggeneralisasi, dsb.Langkah-langkah mengajarkan konsep: Pertama sajikan konsep, kedua berikan bantuan (berupa inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan contoh), ketiga berikan latihan (exercise) misalnya berupa tugas untuk mencari contoh lain, keempat berikan umpan balik, dan kelima berikan tes;
  5. Strategi penyampaian materi pembelajaran prinsip, termasuk materi pembelajaran jenis prinsip adalah dalil, rumus, hukum (law), postulat, teorema, dsb.
  6. Strategi penyampaian prosedur, tujuan mempelajari prosedur adalah agar siswa dapat melakukan atau mempraktekkan prosedur tersebut, bukan sekedar paham atau hafal. Termasuk materi pembelajaran jenis prosedur adalah langkah-langkah mengerjakan suatu tugas secara urut.
b. Strategi mempelajari bahan ajar oleh siswa
Ditinjau dari guru, perlakuan (treatment) terhadap materi pembelajaran berupa kegiatan guru menyampaikan atau mengajarkan kepada siswa. Sebaliknya, ditinjau dari segi siswa, perlakuan terhadap materi pembelajaran berupa mempelajari atau berinteraksi dengan materi pembelajaran. Secara khusus dalam mempelajari materi pembelajaran, kegiatan siswa dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu : (1) menghafal; (2) menggunakan; (3) menemukan; dan (4) memilih.
  1. Menghafal (verbal parafrase). Ada dua jenis menghafal, yaitu menghafal verbal (remember verbatim) dan menghafal parafrase (remember paraphrase). Menghafal verbal adalah menghafal persis seperti apa adanya. Terdapat materi pembelajaran yang memang harus dihafal persis seperti apa adanya, misalnya nama orang, nama tempat, nama zat, lambang, peristiwa sejarah, nama-nama bagian atau komponen suatu benda, dsb. Sebaliknya ada juga materi pembelajaran yang tidak harus dihafal persis seperti apa adanya tetapi dapat diungkapkan dengan bahasa atau kalimat sendiri (hafal parafrase). Yang penting siswa paham atau mengerti, misalnya paham inti isi Pembukaan UUD 1945, definisi saham, dalil Archimides, dsb.
  2. Menggunakan/mengaplikasikan (Use). Materi pembelajaran setelah dihafal atau dipahami kemudian digunakan atau diaplikasikan. Jadi dalam proses pembelajaran siswa perlu memiliki kemampuan untuk menggunakan, menerapkan atau mengaplikasikan materi yang telah dipelajari. Penggunaan fakta atau data adalah untuk dijadikan bukti dalam rangka pengambilan keputusan. Penggunaan materi konsep adalah untuk menyusun proposisi, dalil, atau rumus. Selain itu, penguasaan atas suatu konsep digunakan untuk menggeneralisasi dan membedakan. Penerapan atau penggunaan prinsip adalah untuk memecahkan masalah pada kasus-kasus lain. Penggunaan materi prosedur adalah untuk dikerjakan atau dipraktekkan. Penggunaan materi sikap adalah berperilaku sesuai nilai atau sikap yang telah dipelajari. Misalnya, siswa berhemat air dalam mandi dan mencuci setelah mendapatkan pelajaran tentang pentingnya bersikap hemat.
  3. Menemukan. Yang dimaksudkan penemuan (finding) di sini adalahmenemukan cara memecahkan masalah-masalah baru dengan menggunakan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang telah dipelajari. Menemukan merupakan hasil tingkat belajar tingkat tinggi. Gagne (1987) menyebutnya sebagai penerapan strategi kognitif. Misalnya, setelah mempelajari hukum bejana berhubungan seorang siswa dapat membuat peralatan penyiram pot gantung menggunakan pipa-pipa paralon. Contoh lain, setelah mempelajari sifat-sifat angin yang mampu memutar baling-baling siswa dapat membuat protipe, model, atau maket sumur kincir angin untuk mendapatkan air tanah.
  4. Memilih di sini menyangkut aspek afektif atau sikap. Yang dimaksudkan dengan memilih di sini adalah memilih untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Misalnya memilih membaca novel dari pada membaca tulisan ilmiah. Memilih menaati peraturan lalu lintas tetapi terlambat masuk sekolah atau memilih melanggar tetapi tidak terlambat, dsb.
6. Apa yang dimaksud dengan materi prasyarat dan perbaikan, dan pengayaan?
Dalam mempelajari materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar terdapat beberapa kemungkinan pada diri siswa, yaitu siswa belum siap bekal pengetahuannya, siswa mengalami kesulitan, atau siswa dengan cepat menguasai materi pembelajaran. Kemungkinan pertama siswa belum memiliki pengetahuan psyarat. Pengetahuan prasyarat adalah bekal pengetahuan yang diperlukan untuk mempelajari suatu bahan ajar baru. Misalnya, untuk mempelajari perkalian siswa harus sudah mempelajari penjumlahan. Untuk mengetahui apakah siswa telah memiliki pengetahuan prasyarat, guru harus mengadakan tes prasyarat (prequisite test). Jika berdasar tes tersebut siswa belum memiliki pengetahuan prasyarat, maka siswa tersebut harus diberi materi atau bahan pembekalan. Bahan pembekalan (matrikulasi) dapat diambil dari materi atau modul di bawahnya. Dalam menghadapi kemungkinan kedua, yaitu siswa mengalami kesulitan atau hambatan dalam menguasai materi pembelajaran, guru harus menyediakan materi perbaikan (remedial). Materi pembelajaran remedial disusun lebih sederhana, lebih rinci, diberi banyak penjelasan dan contoh agar mudah ditangkap oleh siswa. Untuk keperluan remedial perlu disediakan modul remidial. Dalam menghadapi kemungkinan ketiga, yaitu siswa dapat dengan cepat dan mudah menguasai materi pembelajaran, guru harus menyediakan bahan pengayaan (enrichment). Materi pengayaan berbentuk pendalaman dan perluasan. Materi pengayaan baik untuk pendalaman maupun perluasan wawasan dapat diambilkan dari buku rujukan lain yang relevan atau disediakan modul pengayaan. Selain pengayaan, perlu dipertimbangkan adanya akselerasi alami di mana siswa dimungkinkan untuk mengambil pelajaran berikutnya. Untuk keperluan ini perlu disediakan bahan atau modul akselera.

Rabu, 08 Mei 2013

ASESMENT FORTOFOLIO


Pengertian fortofolio termasuk kedalam kelompok penilaian kinerja. Penilaian fortofolio memiliki keistimewaan karena menyediakan kumpulan dokumen sebagai bukti proses dan hasil belajar siswa. Portofolio merupakan kumpulan pekerjaan siswa yang menunjukkan usaha, perkembangan dan kecakapan mereka dalam satu bidang atau lebih. Kumpulan
ini harus melibatkan partisipasi siswa dalam seleksi isi, kriteria seleksi, kriteria penilaian
dan bukti refleksi diri. Kumpulan contoh pekerjaan siswa ini akan menggambarkan
kemajuan dan pencapaian siswa dalam suatu bidang tertentu.
Keuntungan penerapan portofolio sebagai asesmen otentik antara lain sebagai
berikut:
·         kemajuan belajar siswa dapat terlihat dengan jelas, misalnya serangakian kumpulan
jurnal dan laporan percobaan siswa dalam kurun waktu tertentu dapat memberikan
gambaran mengenai kemajuan siswa dalam membuat laporan.
·         menekankan pada hasil pekerjaan terbaik siswa dapat serta memberikan pengaruh
positif dalam belajar. Seleksi hasil karya terbaik siswa melibatkan siswa sehingga
siswa merasa dihargai.
·         membandingkan pekerjaan sekarang dengan yang lalu memberikan motivasi yang
lebih besar dari pada membandingkan dengan pekerjaan orang lain,
·         siswa dilatih untuk menentukan pilihan karya terbaik,
·         memberikan kesempatan kepada siswa bekerja sesuai dengan perbedaan individu,
·         dapat menjadi alat komunikasi yang jelas tentang kemajuan belajar siswa kepada siswa itu sendiri, orang tua dan pihak lain yang terkait.
Cara yang akan dipakai harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai, tingkatan siswa dan jenis kegiatan yang dilakukan. Berikut ini adalah model portofolio IPA SD yang berisi contoh pekerjaan siswa.
1. Hasil ulangan
2. Uraian tertulis hasil kegiatan percobaan sederhana.
3. Gambar-gambar dan laporan lisan,
4. Produk berupa hasil pekerjaan proyek
5. Laporan kelompok dan foto kegiatan siswa
6. Respon terhadap pertanyaan open-ended atau masalah pekerjaan rumah
7. Salinan piagam penghargaan
Bagi seorang guru, penilaian portofolio walaupun sedikit lebih rumit tetapi bisa memiliki banyak kegunaan. Seperti misalnya:
  • Mendorong pembelajaran mandiri
  • Memperjelas pandangan mengenai apa yang dipelajari
  • Membantu mempelajari pembelajaran
  • Mendemonstrasikan kemajuan berdasarkan keluaran yang diidentifikasikan
  • Membuat interseksi antara instruksi dan penilaian
  • Memberikan jalan kepada siswa untuk menilai diri mereka sebagai pemelajar
  • Memberikan kemungkinan untuk pengembangan dukungan ‘peer’
  • Mengetahui bagaiman Portofolio dapat memperbaiki proses persiapan